Kamis, 02 Juli 2009

ayah

seorang anak punya penilaian sendiri tentang ayahnya. Penilaian itu muncul dari pengalamannya bersama ayah. Ada kesan ketika ayah menatap, saat ayah bicara, bila ayah marah, dan saat ayah jarang di rumah.

Begitulah perasaan seorang anak terhadap ayahnya. Ada banyak warna yang ia imajinasikan. Dan warna itu begitu kuat melekat dalam pikiran dan emosinya. Suatu saat, warna itulah yang kelak menuntunnya bagaimana menjadi seorang ayah.

Menurut penelitian Henker (1983), sesuatu yang terjadi dalam hubungan antara orang tua dengan anak (termasuk emosi, reaksi dan sikap orang tua) akan membekas dan tertanam secara tidak sadar dalam diri seseorang. Selanjutnya, apa yang sudah tertanam akan terjelma dalam hubungan dengan keluarganya sendiri. Jika hubungan dengan orang tuanya dahulu membahagiakan, maka kesan emosi yang positif akan tertanam dalam ingatan dan terbawa ke dalam kehidupan rumah tangganya sendiri. Sebaliknya, dari pengalaman emosional yang kurang menyenangkan bersama orang tua, akan terekam dalam ingatan dan mengakibatkan stress. Ini artinya, terdapat “the unfinished business” dari masa lalu yang terbawa hingga kehidupan berikutnya.

Memang, tak ada orang tua yang ingin mewariskan perilaku buruk buat anak-anaknya. Karena itu berarti buruk buat investasi generasi ke depan. Persis seperti anak-anak yang tidak menginginkan ketidakseimbangan ada pada orang tuanya. Dalam hal apa pun. Termasuk, perhatian dan kasih sayang.

0 komentar:

Posting Komentar